Jakarta, 27 Maret 2018 —- Sebagai upaya preventif memutus rantai penularan bahaya penyakit difteri dilingkungan prajurit, sebanyak 125 personel Satlinlamil Surabaya baik prajurit dan PNS mengikuti kegiatan Vaksinasi Difteri yang berlangsung di Gedung Laut Jawa, Mako Satlinlamil Surabaya, Selasa (27/3).
Kegiatan suntik vaksin ini sebelumnya (2/2) telah dilaksanakan secara serentak dilingkungan TNI AL termasuk Kolinlamil. Satlinlamil Surabaya baru melaksanakannya kali ini sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dari Dinas Kesehatan (Diskes) Kolinlamil.
Vaksin difteri ini diikuti Komandan Satlinlamil Surabaya Kolonel Laut (P) Sigit Santoso, Wakil Komandan Letkol Laut (P) M. Nizarudin dan para perwira Satlinlamil Surabaya lainnya baik staf maupun unsur KRI.
Menurut Komandan Satlinlamil Surabaya, suntik vaksin difteri ini adalah dalam rangka melaksanakan Progam Pemerintah oleh personel Balai Pengobatan Satlinlamil Surabaya kepada seluruh Prajurit Satlinlamil Surabaya.
Kadiskes Kolinlamil Letkol Laut (K) dr. Pujo Dwi Laksono, M.Kes., Sp.THT menjelaskan secara singkat apa itu penyakit difteri, vaksin dan penanganannya. Difteri merupakan penyakit infeksi pernapasan akut berbahaya yang sangat menular. “Penyebaran difteri ini sangat cepat, karena kuman difteri bisa berpindah dengan mudah melalui udara dari satu penderita kepada orang lain di dekatnya,” kata dokter spesialis THT ini.
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menghasilkan racun bernama eksotoksin. Racun inilah yang sangat berbahaya karena ia dapat merusak dan mematikan sel-sel sehat. Eksotoksin juga dapat menyerang organ-organ lainnya seperti jantung, sistem pernapasan, ginjal, dan sistem saraf. Difteri menular melalui droplet, yakni sekret lendir seperti ludah, dahak, cairan yang bertebaran di udara saat penderita batuk, bersin, atau tertawa dan kemudian terhirup oleh orang lain.
Adapun beberapa gejala difteri yang dapat dikenali lanjutnya, di antaranya seperti sakit tenggorokan, muncul selaput berwarna putih abu-abu pada tenggrokan, amandel, rongga mulut, atau hidung, dan demam tidak terlalu tinggi. Selain itu muncul pula tanda pembengkakan pada kelenjar limfa, bisa dilihat dari leher yang membengkak (bull neck), suara berubah, Lemas dan menurunnya nafsu makan, mengeluarkan bunyi saat menarik napas (stridor) hingga sulit bernapas.
Lebih Lanjut ia menjelaskan bahwa gejala paling khas dari penyakit difteri adalah sakit tenggorokan yang disusul dengan munculnya selaput berwarna putih abu-abu yang bernama selaput pseudomembran.
Dengan diberikannya vaksin ini, diharapkan dapat mengurangi penyebaran penyakit oleh virus difteri di lingkungan Kolinlamil baik Mako, Satlinlamil Jakarta dan Surabaya.( Lsn)