Sukses Bisnis Peternakan Ayam Berbasis Magot: Kisah Holly Farm di Tangerang

SIDIKPOST | KOTA TANGERANG, Saat ini, bisnis peternakan ayam yang dijalankan oleh Holly Farm telah dikenal masyarakat luas sebagai bisnis yang berhasil. Peternakan yang terletak di Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, mampu memutar roda produksi peternakannya dengan sistem panen yang luar biasa, yakni hanya dengan dua hari sekali, serta beromset puluhan jutaan rupiah.

Advertisements

Sebelumnya, Owner Holly Farm, Aris Ahmadi menceritakan, bisnis peternakan ayamnya baru berjalan sekitar setahun kebelakang. Berawal dari eksperimen pengelolaan sampah basah yang dijalankannya bersama Kampung Wisata Gempol dan Karang Taruna setempat, ia mengenal wawasan budidaya magot, yang nantinya akan mengantarkannya bertemu dengan pola peternakan ayam yang berbeda dengan umumnya.

“Waktu itu memang saya sedang mencari peluang bisnis yang berkaitan dengan pengelolaan sampah basah. Setelah mencoba riset, kemudian bertemu dengan budidaya magot. Dari sanalah, kemudian bertemu potensi pupuk atau pakan ayam. Nah, bertemu dengan benar merahnya, yakni sampah basah, ke magot, ke konsumsi ayam, sampai nanti dikembangkan matang menjadi peternakan yang sekarang,” ujarnya menceritakan proses berdirinya Holly Farm.

Baca Juga   TNI Rangkul Telkom Agar Anak Sekolah Mendapatkan Internet Gratis Di Papua

Ia melanjutkan, saat ini Holly Farm dikelola dengan sistem tata kelola kandang yang berbeda dengan peternakan ayam lainnya. Holly Farm juga hanya dijalankan lewat 4 tim pekerja yang bertugas secara bergantian, yakni pagi, siang, sore, dan malam. Di kandang yang berkapasitas 2 sampai 3 ribu ekor tersebut, tata kelola kandang seperti kebersihan, sirkulasi udara, jadwal pemberian konsumsi pangan ayam, kesehatan ayam, kebutuhan vitamin dan vaksinasi ayam, menjadi fokus perhatian yang utama.

“Nah, kemudian kita membuat kandang yang sudah kita setting dengan konsep sirkulasi magot untuk konsumsi ayam yang sudah tertata, pencahayaan dan sirkulasi udara yang tertata, dan manajemen kandang yang tidak menimbulkan bau menyengat,” jelasnya ketika menunjukkan sistem operasional kandangnya.

Berbekal tata kelola yang tertata tersebut, Holly Farm mampu membuat sirkulasi panen yang terukur. Hanya berfokus mengembangkan jenis ayam kampung unggulan KUB2 Janaka dan Gaoksi untuk sementara ini, Holly Farm mampu melakukan panen setiap dua hari sekali, dengan rata-rata ayam yang berusia 60-70 hari serta berbobot 0,8 sampai 1 Kg.

Baca Juga   Arief : BOR RS Di Kota Tangerang Capai 52,54 Persen

Selain itu, keberhasilan Holly Farm dalam menciptakan sistem panen yang terukur juga berdampak positif pada lingkungan sekitar. Dengan sistem pengelolaan sampah basah yang terintegrasikan, Holly Farm mampu meminimalisir limbah peternakan yang biasanya menjadi sumber pencemaran lingkungan. Selain itu, penggunaan magot sebagai pakan ayam juga membantu mengurangi penggunaan pakan ternak yang berasal dari sumber daya alam yang semakin terbatas.

Keberhasilan Holly Farm sebagai bisnis peternakan ayam yang sukses juga dapat menjadi inspirasi bagi pengusaha lain untuk mengembangkan bisnis sejenis dengan pendekatan yang lebih ramah lingkungan. Dengan adanya inovasi dan teknologi yang semakin maju, bisnis peternakan yang lebih efisien dan berkelanjutan dapat menjadi salah satu solusi untuk menghadapi tantangan lingkungan dan keberlanjutan di masa depan.

Di samping itu, bisnis peternakan juga dapat memberikan dampak sosial positif bagi masyarakat sekitar, seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan peternak lokal, dan mendukung perekonomian lokal. Oleh karena itu, pengembangan bisnis peternakan ayam yang berkelanjutan dan berdampak positif pada lingkungan dan masyarakat perlu terus didorong dan didukung.

Baca Juga   Tingkatkan produk yang berdaya saing, Dinas Perindagkopukm Kota Tangerang Gelar Fasilitasi Barcode bagi Produk UMKM

( VIKALASARI )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *